
Saya memiliki pengalaman bekerja selama 4 tahun sebagai seorang pekerja sosial di Jakarta, lalu Tuhan memanggil saya untuk berbuat sesuatu di daerah saya sendiri. Saya memulai sesuatu yang kecil di dua daerah yang berbeda yaitu di Rote dan Kupang.
Kedua tempat ini bukan daerah dimana saya lahir atau di besarkan disana, saya hanya melakukannya karena saya mengerti bahwa Tuhan ingin memakai saya untuk suatu perubahan dalam masyarakat tersebut.
Sayapun mulai bergerak untuk menolong orang-orang di dua lokasi ini dalam pendidikan usia dini. Bekerjasama dengan para guru, pemerintah lokal dan masyarakat setempat.
Namun ada satu hal yang saya pelajari selama ini adalah tidak mudah untuk membuat orang lain mempercayai bahwa langkah yang sedang kita kerjakan adalah langkah penting untuk membuat perubahan bagi komunitas mereka.
Kecurigaan lepas kecurigaan, penolakan lepas penolakan sudah berulangkali saya hadapi. Namun saya selalu berusaha untuk mengambil langkah komunikatif yaitu “menjelaskan” sebisa mungkin menjelaskan adalah cara yang selalu saya pakai, jika bahasa Indonesia saya pakai masih belum bisa di terima atau di mengerti dengan baik maka saya selalu mengambil langkah dengan penjelasan dalam bahasa ibu.
Saya tidak dapat mengatakan bahwa ini adalah langkah yang paling cocok untuk semuanya, namun pekerjaan yang saya kerjakan masih terus bertahan, masih terus berjalan hingga hari ini karena mereka yang menjadi sasaran untuk perubahan yang saya inginkan mulai mempercayai dan mengerti alasan di balik apa yang saya kerjakan.
Mungkin benar bahwa penolakan itu terjadi karena ketidak mengertian akan perubahan yang di maksudkan. Karena itu mengkomunikasikan adalah cara yang dapat dipakai untuk membuat orang lain memahami apa yang kita maksudkan.
Apakah kamu memiliki cara penyelesaian yang berbeda?