4 Jam Berspeed Tanpa Sabuk Pengaman

Tulisan kali ini bercerita tentang pengalaman saya menggunakan speed boat melintasi arus 2 sungai besar di Kalimantan Barat yaitu sungai Kapuas dan sungai Ketungau.

4 jam melayang menggunakan kendaraan air ini benar-benar menguji adrenalin. Bagaimana tidak? speed boat yang menggunakan mesin 40 PK ini, dijoki oleh seorang pria paruh baya melikuk dan melayang melintasi sungai yang deras airnya ini tanpa mengenal takut sedikitpun. Bahkan tidak ada sabuk pengaman bagi semua penumpang, ataupun pelampung untuk alasan keselamatan ataupun kenyamanan.

Saya mengamatinya memainkan setir dengan kepiawaian kedua tangannya yang luar bisa. Sesekali ia naik ke atas body dari speed yang sedang meluncur kencang di atas permukaan air dan memeriksa sesuatu. Dia bahkan juga mengarahkan transportasi air yang berkapasitas penumpang 7 orang ini dengan arah memotong arus, membentuk garis miring yang tegas. Namun di sepanjang perjalanan kebanyakan kendaraan berwarna merah miliknya itu di kendalikan membelah sungai persis di jalur tengah dari permukaan air, sehingga seolah seimbang membelah wajah air.

Air sungai berwarna merah kecoklatan khas sungai Kapuas ini terbelah membentuk gelombang-gelombang kecil di sisi-sianya dan di belakang dari posisi speed yang melintasi. Saya yang duduk di pinggir speed ini sering terkena percikan air sungai akibat hantaman badan speed ke air.

Setelah hampir 2 jam berada di atas arus sungai Kapuas, pak Yuri si pengendara mengambil jalan melewati anak sungai kecil yang membuat saya kaget tetapi juga kagum. Kaget karena kami memasuki anak sungai yang luasnya tidak lebih dari lima meter dengan kondisi berkelok-kelok tetapi kecepatan speed sama sekali tidak berkurang.

Sedangkan rasa kagum saya adalah pada si laki-laki yang mengendalikan jalannya speed ini, dia begitu percaya diri dalam keputusan membanting stir untuk membuat badan speed berkelok-kelok mengikuti bentuk anak sungai tersebut. Tak ada keraguan sedikitpun, dia begitu yakin akan perhitungannya bahwa tidak mungkin akan ada kesalahan.

7 menit kemudian kami keluar dari anak sungai tersebut dan kembali ke arus sungai yang besar, ternyata itu masih bagian dari badan sungai Kapuas. Menurut Pak Yuri, itu adalah jalan pintas untuk menghemat 20 menit perjalanan. Waooo saya makin kagum dengan hal tersebut.Kurang lebih 20 menit kemudian, mata saya melihat arus sungai yang datang dari dua arah yang berbeda. Sehingga dari posisi saya seolah air membentuk huruf Y. Satunya dari arah kanan dan satunya dari kiri.

Saya akan melintasi yang sebelah kiri, itulah sungai Ketungau yang warna airnya masih sama seperti warna dari air sungai Kapuas. Speed dan seisinya beristirahat setengah jam disini, lalu kembali melayang dan membelah sungai yang arusnya masih sama deras dengan yang sebelumnya hanya saja luasnya lebih kecil.

Sesekali saya membayangkan bagaimana jika ada buaya, bagaimana jika ada kayu yang tersembunyi di balik air coklat itu yang menghantam badan speed sehingga membuatnya rusak, bahkan saya sempat berpikir bagaimana jika ada bencana yang menyebabkan speed terbalik. Membayangkan semua hal itu membuat saya bergidik dan menutup mata.

Di moment ini saya termenung dan berpikir bahwa hidup ini begitu singkat, sebentar lagi kematian akan menjemput dan mengubur semua pencapaian diri sehingga membuat itu semua hanyalah menjadi sebuah kenangan bagi orang lain yang masih tertinggal. Apa yang akan terjadi setelah itu? masing-masing orang akan mengetahuinya kelak.

Belum selesai ketermenungan itu, saya membuka mata dan pemandangan rumah yang berderet-deret menyita perhatian saya, oh ternyata itu adalah tanda bahwa saya sudah menyelesaikan 4 jam perjalanan air yang menyeramkan itu, dan siap untuk menikmati hal baru lain di ibu kota kecamatan Nanga Merakai.

4 thoughts on “4 Jam Berspeed Tanpa Sabuk Pengaman”

Leave a Reply

Shopping Cart
%d bloggers like this: