Menghitung Waktu Mundur

Kalimat “menghitung waktu mundur” terceletuk saat saya dan tim kerja di Lombok merasa bahwa project yang selama ini kami kerjakan akan segera berakhir, dimana waktunya tinggal sebulan lagi. Artinya tinggal selama waktu itulah kami akan bersama-sama lalu berpisah.

Rasanya akan ada kesedihan karena perpisahan ini sebab bagaimanapun kebersamaan dalam bekerja selama ini telah menciptakan cerita-cerita indah yang akan menjadi kenangan bagi kami masing-masing tatkala berpisah.

Karena itu menghitung waktu mundur sedang kami jalani bersama, dimana setiap hari kami sadar bahwa waktu kebersamaan sudah berkurang satu hari lagi, berkurang satu hari lagi dan seterusnya sampai genap waktu untuk berpisah.

Saya berpikir apakah ada perpisahan yang bisa di hindari? ataukah memang benar bahwa setiap orang dewasa akan terus mengumpulkan cerita-cerita perpisahan dalam hidupnya meski ia telah sekuat tenaga menghindarinya?

Entahlah masing-masing orang memiliki opininya tersendiri. Tetapi menghitung waktu mundur membuat saya semakin sadar bahwa kebersamaan dengan siapapun di dunia ini memiliki batas waktu. Tidak akan ada kebersamaan yang abadi. Akan ada waktu dimana semua hubungan yang berusaha sekuat tenaga dipertahankan akan dipisahkan oleh waktu dan membuat semua insan yang ada dalam kisah itu mengalami kesedihan dan kehilangan.

Karena itu bagaimana jika kita sama-sama belajar untuk menghargai waktu kebersamaan? bukankah sebentar lagi kamu, dia dan mereka akan berpisah?

Karena itu tak perlu terlalu lama marah, tak perlu lama menyimpan dendam, tak perlu mengusik kehidupan pribadi orang lain, tak perlu merasa tersaingi, tak perlu membebani hati dengan cemburu dan sejumlah hal negatif lain yang kamu rasakan atau pikirkan terhadap mereka yang ada di sekitarmu saat ini. Tetapi cintai saja, cintai lagi dan terus belajar mencintai karena mereka itu hanya sementara saja ada di sekitarmu.

Jadi, bagaimana dengan kisahmu saat ini? apakah kamupun sedang di fase yang sama yaitu menghitung waktu mundur? apakah di waktu ini ada cerita indah dan manis yang sedang di rajut untuk menjadi kenangan? ataukah sebuah cerita pahit yang kelak membuatmu berusaha keras untuk menghapusnya dari ingatan?

Sebenarnya apapun kisah itu semuanya jelas menunjukkan bahwa kamu dan saya adalah makluk egois yang suka bersedih dan berharap memiliki mereka semua selamanya, padahal kita hanyalah manusia yang begitu terbatas untuk merangkul, mencintai dan menerima.

Karena itu, wajarlah jika Penciptapun melakukan perhitungan waktu mundur bagi masa hidup manusia di dunia. Kiranya dalam kesadaran tentang ini, kita semua bersama belajar bahwa dalam segala batasan yang ada, tetaplah untuk tidak berhenti belajar mencintai, menerima, menggengam dan melepaskan karena kita sendiri tidak tahu tentang perhitungan waktu mundur yang dimiliki oleh Sang Khalik bagi masing-masing kita.

Leave a Reply

Shopping Cart
%d