Berbahagialah Yang Mendengar Panggilan Itu

Bila membandingkan desa dan kota maka akan ditemui adanya jurang perbedaan yang sangat dalam diantara keduanya. Dalam segala hal untuk menyangkut kehidupan yang lebih baik maka kota adalah tempat yang lebih baik dibandingkan kota. Mengapa? karena di kota segala hal sangat menunjang, karena itu tidaklah heran bahwa angka urbanisasi terus meningkat setiap tahunnya.

Karena itu yang terjadi adalah di kota penuh dengan manusia unggul, produktif, kritis, kreatif, dan inovatif. Orang-orang ini akan membayar harga meninggalkan desa menuju ke kota untuk harapan memperbaharui kehidupan. Tidak ada yang salah dengan ini.

Lalu apa yang terjadi selanjutnya? desa menjadi kekurangan orang-orang dengan kategori di atas. Karena itu tidak heran jika pada akhirnya segala bentuk pelayanan masyarakat menjadi tidak begitu baik akibat dari kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas.

Namun dari pengalaman saya bepergian beberapa tahun ini ke wilayah pedalaman di Indonesia, saya mendapati bahwa ada saja orang-orang yang berani meninggalkan panggung kota yang membesarkan nama mereka. Ada saja orang-orang yang berani bayar harga mahal untuk bisa memberikan kontribusi di daerah-daerah yang membutuhkan.

Saya menamai mereka ini “berbagia” karena mereka mendengar panggilan kebutuhan itu. Mereka mendengar suara yang memanggil-manggil dari berbagai pelosok negeri, dan dengan kerelaan hati mereka menjawab panggilan itu.

Tidak mudah kehidupan yang mereka alami dari keputusan untuk mendengar jeritan-jeritan meminta pertolongan itu. Mereka harus meninggalkan keluarga, meninggalkan fasilitas, meninggalkan sorotan kamera, meninggakan tepukan tangan hanya demi senyuman mereka yang di desa-desa.

Saya pernah bertemu tenaga medis yang berani meninggalkan kota, saya pernah bertemu dengan tenaga pendidik yang berani meninggalkan tingginya gaji di perkotaan yang ditawarkan kepadanya. Saya juga pernah bertemu dengan banyak tokoh agama yang mau ke desa-desa dan dusun-dusun karena ada umat yang harus dilayani disana juga.

Keputusan mereka itu menginspirasi saya, keputusan mereka itu sungguh menguatkan saya. Komitmen mereka membuat saya untuk juga harus mendengar panggilan itu.

Saya menyebut mereka “berbahagia” itu bukan tentang materi yang diterima, itu bukan tentang penghormatan yang diperoleh. Tetapi mereka berani keluar dari zona nyaman kehidupan, membawa setiap talenta mereka untuk berguna bagi mereka yang tinggal di desa, membawa setiap kelebihan mereka untuk menjadi manfaat bagi mereka di desa.

Mereka saya sebut “berbahagia” karena mempunyai telinga yang tajam, mereka saya sebut “berbahagia” karena memiliki hati yang begitu iklas dan kuat. Mereka saya sebut “berbahagia” karena mereka memiliki cinta yang tulus.

Saya pernah bertemu dengan anak-anak yang begitu senang karena bisa di ajar oleh tenaga pendidik yang dari kota dengan wawasan yang begitu luas sehingga menginspirasi mereka saat belajar.

Saya pernah bertemu dengan para mantan pasien yang selalu berkata “bersyukur sekali ada dokter/bidan ….” karena ada tenaga medis dari kota yang mau ada di desa mereka sehingga ada banyak dari mereka yang tertolong saat sakit.

Saya juga pernah bertemu dengan banyak umat, yang bercerita penuh senyum karena mereka dipimpin, diajar tentang agama oleh pemimpin yang berani tinggalkan kota sehingga mereka bisa mendapatkan ilmu agama yang berkualitas dan dalam.

Mereka-mereka itulah yang akhirnya membuat saya menyimpulkan bahwa mereka yang memiliki telinga dan mendengar panggilan kebutuhan itu adalah orang-orang yang berbagia.

Saya mengagumi mereka dan saya berterima kasih kepada mereka.

Saya senang berjumpa dengan mereka dan benar-benar menghargai mereka.

Bagi saya mereka begitu hebat dan begitu luar biasa

Bagi saya mereka manusia-manusia berbahagia yang hidup untuk sebuah panggilan kebutuhan.

Terimakasih untuk kalian semua dan harapanku adalah semoga makin banyak yang di kota yang mendengar panggilan itu.

Salam kasih dan hormat untuk kalian semua.

2 thoughts on “Berbahagialah Yang Mendengar Panggilan Itu”

Leave a Reply

Shopping Cart
%d bloggers like this: